TERIMAKASIH
Jazakumullah Khairan ' yang artinya ( Semoga Allah Membalas kalian dengan kebaikan )
Sifatnya Jamak/Semua Memakai 'Kum' :
Jaza-kumullah ( جَزَاكُمُ اللهُ ) : Semoga Allah Membalas kalian
Khairan : Kebaikan
Sifatnya Tunggal ( Laki - Laki ) Memakai ' Ka '
Jaza-kallah ( جَزَاكَ اللهُ ) : Semoga Allah Membalas-mu
Khairan : Kebaikan
Sifatnya Tunggal ( Perempuan ) Memakai ' Ki '
Jaza-killah ( جَزَاكَ اللهُ ) : Semoga Allah Membalas-mu
Khairan : Kebaikan
HATI-HATI DI JALAN
fii amanillah yang artinya (semoga engkau) dalam lindungan Allah.
Barakallah
Barakallah sendiri memiliki arti yaitu “Semoga diberkahi Allah”.
DZIKIR
– Tasbih : “Subhanallah”, artinya “Maha Suci Allah”.
– Tahmid : “Alhamdulillah”, artinya “Segala Puji Bagi Allah”.
– Takbir : “Allahuakbar”, artinya “Maha Besar Allah” .
– Tahlil : “Laa ilaha Illallah”, artinya “Tiada Tuhan Selain Allah”.
– Istighfar : “Astaghfirullah hal adzim”, artinya “Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung”.
– Istighfar Jamak : “Nastaghfirullah hal adzim”, artinya “Kami mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung”.
– Bacaan “Audzubillah himinasyaitonirrajim”, artinya “Aku berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk”.
– Bacaan “Naudzubillah himinasyaitonirrajim”, artinya “Kami berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk”.
Maa Syaa Allah
Dengan demikian, bentuk seutuhnya dari kalimat “maa syaa Allah” adalah: maa syaa Allahu kaana (ما شاء الله كان). Jika demikian maka artinya dalam bahasa Indonesia adalah: “apa yang dikehendaki oleh Allah, maka itulah yang akan terjadi”. Ringkasnya, “maa syaa Allah” bisa diterjemahkan dengan dua terjemahan, “inilah yang diinginkan oleh Allah” atau “apa yang dikehendaki oleh Allah, maka itulah yang akan terjadi”. Maka ketika melihat hal yang menakjubkan, lalu kita ucapkan “masya Allah” (ما شاء الله), artinya kita menyadari dan menetapkan bahwa hal yang menakjubkan tersebut semata-mata terjadi karena kuasa Allah.
Laa hawla wa laa quwwata illa billah
“ Laa hawla wa laa quwwata illa billah “ biasa diartikan dengan beberapa arti yang mirip satu sama lain. Sebagian ulama mengartikannya dengan “Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah semata-mata “. Sementara sebagian lain mengartikannya dengan “Tidak ada kuasa bagi hamba untuk menolak keburukan dan tidak ada kekuatan untuk meraih kebaikan selain dengan kuasa Allah.” Dan ada pula ulama yang menafsirkannya dengan “Tidak ada usaha, kekuatan dan upaya selain dengan kehendak Allah”.